Yasser Fikri, Chief Creative Officer (CCO) ihik3 (Foto: Danu Baharuddin) |
Jakarta, Humoria - “Tuhan itu selalu bercanda. Perhatikan hidupmu sendiri, itu adalah sebuah lelucon. Perhatikan hidup orang-orang lain dan kau akan menjumpai begitu banyak lelucon di sana-sini. Keseriusan adalah penyakit. Keseriusan sama sekali tidaklah spiritual. Spiritualitas itu adalah tawa. Spiritualitas itu adalah keriangan. Spiritualitas itu adalah canda.”
Pernyataan Osho itu tentu menarik. Mistikus India yang kerap dipandang sebagai spiritualis provokatif itu melihat seluruh isi kehidupan penuh dengan kelucuan, kegembiraan, padat dengan nuansa humor. Hidup di mata Osho, tak lebih dari sekadar lelucon.
Boleh jadi, kelucuan dalam keseharian hidup pulalah yang menginspirasi Institut Humor Indonesia Kini (ihik3), sehingga rutin menggelar obrolan virtual setiap bulan pada pekan ketiga. Temanya ringan-ringan, mungkin juga bisa dibilang sederhana, tapi menyimpan daya gedor humor tak terduga. Pekan ketiga Oktober ini, misalnya. Tema yang diangkat segala hal tentang lamaran kerja.
"Apa, sih, hal-hal yang terjadi pada saat ngelamar kerja? Itu kan program Sattai--Saatnya Santai. Jadi di situ sesinya support group. Mungkin selama ini orang-orang yang stres, nggak punya jalan untuk bicara, mereka pengen gabung. Jadi mereka yang gabung ada dua keinginan. Pertama pengen ikut ngomong, ikut bercanda biar release. Satu lagi, ikut nonton doang juga nggak apa-apa," kata Yasser Fikri, Chief Creative Officer (CCO) ihik3, motor sekaligus moderator dalam diskusi virtual itu.
Menurut Yasser, yang terpenting dalam acara itu adalah orang-orang punya media untuk berbagi, sebab konsep Sattai memang menjadi wadah untuk tukar cerita pesertanya.
"Meskipun kita nggak bilang wajib bikin lucu, yang penting mau ngomong, nggak ketawa pun nggak apa-apa," tambah Yasser.
Sattai ihik3, Wadah Berbagi
Wadah berbagi 'Sattai'--Saatnya Santai ihik3. (Foto: Instagram @ihik3) |
Dari perjalanan Sattai beberapa kali, Yasser ingat, ada satu hal menarik yang pernah membuat dirinya takjub, yakni ketika seorang wanita penderita kanker otak ikut bergabung.
"Tahu nggak yang buat saya kaget? Waktu dia ngomong, 'Saya ini sudah kena kanker otak, kok, saya nggak mati-mati, ya, Pak?' Dengan tenang ngomong seperti itu, tanpa beban. Seringan itu dia menyampaikan, sementara buat kita itu berat banget. Ketika dia gabung, dia merasa 'Eh gue kayaknya masih punya semangat buat hidup, deh, gitu. Sekarang, akhirnya dia jadi relawan untuk menghibur anak-anak kanker otak di RSCM," kata Yasser.
Kejadian atau pengalaman sehari-hari memang menjadi bahan utama program Sattai yang digelar ihik3. Ini peluru yang tak akan pernah habis, karena setiap orang pasti memiliki cerita sendiri-sendiri, termasuk soal urusan dalam negeri rumah tangga.
"Misalnya ketika saya memosisikan diri sebagai suami yang selalu di bawah tekanan istri. Justru hal-hal seperti itu, kalau saya ngobrol dengan bapak-bapak, mereka senang banget. Seperti berbagi penderitaan. Jadi hal-hal sehari-harilah. Kita bukan ngebahas politik, karena kita nggak kepengen masuk ke ranah Itu. Kita yang penting bikin karena ada orang yang ambil peran di bidang humor. Kan humor punya efek untuk menekan rasa sakit," kata Yasser.
Yasser tak keliru. Humorolog Jamu Jaya Suprana suatu ketika pernah mengatakan bahwa sebagian masyarakat masih sering memandang keliru terhadap humor. Menurut pria multitalenta ini, humor atau komedi masih dipandang hanya sebagai tontonan.
"Padahal tingkat humor yang paling tinggi tidak lagi lucu dan jenaka, namun justru mengharukan, menyedihkan, dan menyadarkan. Seringkali yang terjadi di masyarakat, humor tidak adil dan tidak beradab, saat humor digunakan untuk melecehkan dan mem-bully orang lain," kata Jaya.
(Dian Wahyudi, Arya Brajadenta)
Post a Comment